Minggu, 29 Juni 2008

Jatmiko Bergolak

Jatmiko adalah seorang pemuda polos dan lugu. Ia datang dari kota Tegal, merantau di kota Yogyakarta untuk meraih masa depannya. Ia kuliah di jurusan Sastra Jawa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pribadinya ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Semua penghuni kos pun tahu hal itu. Saat bulan Ramadhan, Ia adalah orang pertama yang membangunkan teman-temannya untuk makan sahur.

Suatu malam Jana sedang berbicara dengan Jatmiko di kamarnya.
“Malam, Miko. Boleh aku masuk?”
“Ya, silahkan masuk Mas. Tapi maaf ya Mas, kamarku lagi berantakan”.
“Ahh… Nggak masalah kok Mik”.
“Lagi sibuk belajar ya Mik. Kok serius sekali membacanya?”
“Ah, nggak kok Mas. Cuma lagi iseng baca saja, ngisi waktu luang”.
“Ngomong-ngomong, Mas Jana suka fotografi ya? Kapan-kapan ajari aku dong, Mas!”
“Ya, aku memang suka fotografi dari dulu. Boleh-boleh saja Mik, kapan-kapan kamu aku ajari kamu fotografi.”
Perbincangan itu pun terus berlanjut. Dan sejak saat itu, keduanya menjadi lebih akrab. Keakraban itu pun juga terjalin antara Jatmiko dengan penghuni kos yang lain.

***

Entah apa yang merasuki pikirannya? Semua penghuni kos heran melihat perubahan sikap Jatmiko yang begitu drastis. Ada pergolakan hebat dalam dirinya. Bisa saja ini adalah puncak dari masalah-masalah yang dipendamnya selama ini. Kini ia sering berperilaku aneh, walau tidak terlalu parah. Hal ini dimulai sejak ia terlibat perbincangan cukup serius dengan Iyo pada suatu malam. Perkataan Jatmiko saat itu begitu berkobar hingga terdengar dari dalam kamar Jana.
Sepertinya, Jatmiko sedang mencoba memahami sesuatu, namun kemampuan yang dimilikinya belum cukup kuat untuk mencapainya. Ia terobsesi untuk belajar ilmu filsafat. Ia sering menuliskan segala sesuatu yang dirasakannya. Sungguh aneh. Bahkan, Ia menuliskan rumus ‘J = G’ di tembok depan kamar kosnya. J = G artinya jenius = gila. Baginya, untuk menjadi seorang yang jenius atau pintar, maka Ia harus merasakan sebuah kegilaan.
Pernah pada suatu tengah malam, teman-teman kos Jatmiko memergokinya sedang mandi di dalam kamar dengan air dari galon air mineral.
“Gila. Miko jadi gila To. Tengah malam kayak gini kok mandi, di dalam kamar lagi. Lihat tuh, airnya sampai keluar kamar,” Doni terheran-heran.
“Iya, Don. Kena apa ya Dia?” tanya Anto.
Setelah didesak teman-temannya, Doni kemudian membuka pintu kamar Jatmiko dengan paksa dan kemudian mengingatkannya.
“Hei Mik. Hentikan perbuatanmu ini. Lihat tuh, lantai kamarmu jadi banjir hingga ke luar kamar. Kamu tu sadar nggak sih,” kata Doni dengan kesal.
Keanehan pada diri Jatmiko pun semakin menjadi-jadi ketika pada suatu saat Jana memergoki Jatmiko sedang berlari-lari telanjang kaki di sekitar Fakultas Hukum UGM. Ia memakai celana SMA dan mengikatkan seutas tali rafia di kaosnya. Setibanya di kost, Jana pun menceritakan keanehan ini kepada teman-teman kost yang lain.

***

Jana mendengar suara tangisan seorang laki-laki di luar kamar saat bangun tidur. Saat Ia mengintip dari balik korden, Jana kaget, ternyata suara tangisan itu berasal dari Jatmiko. Jatmiko terlihat sedang menangis di depan Danang, yang saat itu terlihat sedang berusaha menyadarkannya. Tangisan itu keluar dari mata Jatmiko, sebab Ia tak kuasa menghadapi permasalahan yang dialaminya. Setelah kejadian itu, Jatmiko pun sadar akan perubahan yang terjadi pada dirinya. Namun hal itu tidak berlangsung lama, sebab beberapa hari kemudian Ia kembali bertingkah aneh.
Karena tidak tega melihat kondisi psikis Jatmiko, Danang dan teman-teman kost pun berinisiatif untuk menghubungi keluarganya lewat telepon.
“Selamat pagi, Mas. Maaf. Apa benar ini kakaknya Jatmiko?” tanya Danang.
“Benar Mas. Ada yang bisa saya bantu?” jawab kakak Jatmiko.
“Begini, saya mau mengabarkan kondisi Jatmiko saat ini. Kami teman-teman kostnya merasa prihatin dengan perubahan sikapnya selama ini, Mas. Kalau bisa, Mas atau anggota keluarga yang lain harap ke Jogja untuk menengoknya.”
“Oooo… begitu ya Mas. Baiklah, InsyaAllah kami sekeluarga akan segera pergi menjenguknya. Terima kasih atas informasinya.”

Malam harinya, keluarga Jatmiko datang ke kost. Mereka pun kaget setelah melihat kondisi dan perubahan sikap Jatmiko. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang keluarga Jatmiko kepada penghuni kost yang lain. Malam itu, tak hanya keluarga saja yang datang, tapi juga teman-teman Jatmiko dari himpunan mahasiswa asal Tegal.
Jatmiko pun kemudian dibawa pulang oleh keluarganya kembali ke Tegal untuk langkah penyembuhan. Namun untuk sementara, barang-barang milik Jatmiko dititipkan kepada teman-teman kostnya.
Jana, Doni, Danang, dan penghuni kos yang lain turut mengantar perginya Jatmiko dengan doa dan harapan agar Ia cepat sembul serta kembali seperti semula. (Tholib)

Tidak ada komentar: